Suatu saat ketika adikku mendapatkan tugas kantornya selama dua bulan, dia memintaku menemani istrinya. Aku heran dengan adikku ini, sering sekali istrinya yang masih muda dan montok ditinggal kemana-mana. Aku sih ok saja nemenin perempuan muda yang montok dan merangsang, malah pikiranku menjadi ngeres sendiri melihat adik iparku itu.
Pagi hari setelah suaminya berangkat ke airport , adik iparku menyediakan makan pagi untukku. Setelah siap dia memanggilku. "Mas, sarapan mas..". Dia memanggilnya sembari mendorong pintu kamarku untuk melongok kedalam kamar, aku saat itu sudah terbangun tetapi segera memejamkan mata ketika mendengar pintu kamar dibuka. Aku kalau tidur memang biasa hanya memakai cd. Aku mengintipnya dengan membuka sedikit mataku, dia terpana melihat tubuhku yang kekar dengan dada yang bidang hanya dibalut sepotong cd dimana terlihat jelas kontolku besar dan panjang tercetak dengan jelas di cdku. kontolku dah ngaceng berat, biasanya kalau baru bangun kontolku memang sering ngaceng. Entah disadari atau tidak dia menggunggam sendiri, ".. Ohh mas seandainya mas suami Rani akan Rani peluk tubuh mas yang perkasa ini..". Walaupun suaranya lirih tetapi tapi aku dapat mendengarnya, aku membuka mataku dan tersenyum. "Kenapa Ran, kamu gak puas ya dengan suamimu". Dia jadi tersipu malu. "Sarapan dulu mas, ntar dingin", katanya sambil keluar kamar. Karena aku gak keluar2 juga dari kamar, dia memanggilku lagi, "Mas". Aku gak menjawabnya sehingga dia kembali ke kamar. Aku sedang telentang sambil mengusap2 kontolku dari luar cd. Ketika kulihat dia ada dipintu kamar, sengaja pelan2 kuturunkan cdku sehingga nongollah kontolku yang besar mengacung dengan gagahnya. Dia terbelalak ngeliat kontol segede itu. "Kamu pengen ngerasain kontolku ya Ran", kataku terus terang. "Belum pernah ya ngerasain kontol segede aku punya. Aku juga napsu ngeliat kamu Ran, bodi kamu merangsang banget deh". Aku bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat dia berdiri. kontolku yang tegang berat berayun2 seirama jalanku. Aku segera memeluknya dan kutarik ke ranjang, dirumah memang gak ada siapa2 lagi. Daster yang dipakainya berwarna kuning dengan ukuran mini. Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Toketnya yang ranum menantang sekali dengan dua pentil yang mencuat. Dia tidak memakai BH, tapi masih memakai cd. Cd itu tercetak jelas menerawang tembus pandang dari daster kuning itu. Cd nya juga dalam ukuran sexy, cd mini warna putih, kontras dengan daster yang dipakai.
Aku mencium kecil pipi kanannya. Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun meraba toketnya Dia menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian aku mencium bibirnya, sambil sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya. Dia benar benar menikmatinya, kedua tanganku sudah berada pada dua toket ranumnya. Kuremas remas sambil kupelintir kedua pentilnya dengan ibu jari dan telunjukku. Dia terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sambil memuntir
pentilnya. "Ah, mas pinter deh bikin Rani terangsang ya", katanya. Aku membaringkan tubuhnya diranjang dan langsung kutindih sambih terus meremas dan mencium bibirmya. kontolku yang sudah ngaceng keras menggesek bibir luar pepeknya dan gerakan kami seperti orang yang sedang ngentot. Aku mendorong kebawah, dia mendorong pula pantatnya keatas, Aku tarik pinggangku, dia pun demikian. Mukanya bersemu merah menahan napsunya. Langsung kujilati pentil yang memerah muda, karena napsu sambil aku menyedot pentilnya dengan keras. Dia menggigit bibir sendiri menahan napsunya yang kian memuncak. Kakinya sudah menyepak kesana kemari membuat daster yang dikenakan tidak bisa menutupi bagian bawahnya. Sambil menjilat, aku memperhatikan gundukan di bawah pusar yang mumbul dengan jembut yang menyembul keluar. Pinggulnya bergerak tak menentu, "Hhh, mas.. hh enak", erangnya. Mendapat respon seperti itu tanganku mulai turun menjelajah dari toketnya ke arah perut, mengusap daerah pusar, kemudian turun lagi kebawah pusar yang ditumbuhi jembut, kemudian meraba daerah selangkangannya yang empuk. Aku tekan sekali sekali sambil kuremask. Hal ini menyebabkan gerakan pinggulnya yang makin panas. Aku dapat melihat butiran butiran keringat napsu yang menetes dari dahinya yang sedang membasahi rambut panjangnya. Kemudian dasternya kuangkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya, kulepaskan. Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangannya dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan pepeknya. Dari luar cdnya aku bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari pepeknya.
Karena dia menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi pepeknya, jariku dengan mudahnya dapat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana. Sesekali jariku bermain pada bibir pepeknya agak lama, dia meliukan pinggangnya bergoyang goyang. Aku tetap tenang mengelus, sesekaliseluruh jariku masuk dan meremas pepeknya dengan lembut. Hal ini membuat dia melenguh keras. Sambil tanganku meremas pepeknya, tangan kiriku masih terus aktif meremas toketnya baik yang kiri maupun yang kanan sambil mengisap bibir dan salah satu pentil yangnganggur. Jari tengahku mulai mengilik pepeknya. Benar saja, pepeknya sudah membesar dan basah. dia menggeliat tak tentu arah sambil mendesah, "Oh.. mas enak sekali". "CDmu kubuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar sama pepek kamu yang tembem, lagian kamu juga udah basah", jawabku sambil melepas cdn mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat dia dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dengan keadaan napsu yang memuncak. Bukan main indahnya bentuk pepeknya, dia mempunyai jembut yang lebat dan halus semua warna hitam. Jembutnya nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tidak keriting seperti wanita kebanyakan. Aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dipepeknya. Dia sedikit jengah dan berkata, "Oh, mas jangan liat kayak gitu dong.. Rani kan malu" sambil tangannya mencoba menutupi. Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar pepeknya sambil kuhisap-hisap kedua belah bibir pepeknya. Dia benar benar kelojotan," Ah mas, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu.. ohh.."Aku menyapukan lidahku naik turun sambil tak lupa pepeknya aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam pepeknya yang memang benar benar sudah basah.
Dalam keadaan tersebut kepalanya tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan napsu. Aku bisa melihat dan merasakan dia hampir nyampe, dan aku mulai menuntun kontolku yang sudah siap tempur. Kedua belah kakinya aku lebarkan sambil tangan kiriku mempermainkan pepeknya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan kontolku ke pepeknya. Ketika kontolku bertemu dengan pepeknya, kepala kontolku langsung seperti dihisap oleh pepeknya. Aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan tanpa mendorong masuk kontolku ke dalamnya. Cukup kepalanya saja yang terjepit di dalam pepeknya. Pinggulnya mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek pepeknya. Kepala kontolku benar benar dijepit erat oleh pepeknya. Dia merem melek keenakan, dan tangannya memelukku dan mengimbangi gerakanku. "Mas, kontol mas enak banget sih hangat kena pepek Rani." Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan pantatnya naik lebih tinggi, seakan akan ingin lebih merasakan kontolku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, sehingga seluruh kontolku terbenam di dalam pepeknya. Dia mulai meracau lagi, "Oh mas..enak banget kontol mas masuk semua ke dalem pepek Rani.. hh. dorong lagi biar makin dalem masuknya.." Sambil memompa aku bertanya, "Ran.. kontolku lagi ngapain pepek Rani?" "Hhh, skh.. hh kontol mas lagi ngentotin pepek Rani," jawabnya sambil meremas pantatku gemas. Aku pura pura tidak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya, "Ha.. lagi ngapain?" "Lagi dientot ..ohh nikmatnya.." Aku bertanya lagi, "Emang Rani mau aku entot?" Dia menyahut,"Iya jadi ketagihan nih dientot sama mas, abis kontol mas mantap, nikmat, enak rasanya." Sambil begitu aku benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding pepeknya. pepeknya mempunyai jepitan yang kuat, kontolku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dengan sebentar-bentar pepek tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh kontolku. Setelah lebih 20 menit, dia sudah hampir nyampe. "Ayo mas, Rani udah mau nyampe, enjot terus, iya teken biar kena pepek Rani oh.. benar begitu .. aduh, enak bener ngentot ama mas." Akupun merasakan intensitas kedutan pepeknya makin tinggi, dan sepertinya akupun sudah ingin ngecret juga. "Oh, Ran.. enak banget pepekmu ada empot ayamnya, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mau ngecret, gimana nih didalam atau diluar," kataku. "Didalem aja mas biar enak, Rani juga mau ngerasain disemprot peju mas, mungkin besok lusa dapet haid, jadi aman," desahnya yang juga menahan napsu yang siap meledak beberapa saat lagi. Akhirnya aku merasakan kontolku diremas kuat sekali oleh otot pepeknya, gerakan pinggulnya terhenti, sambil pantatnya ditinggikan, aku mengocok kontolku, lagi dia menggeram dan.."Oh mas Rani nyampe, ouh.. ahh. nggh ahh enak.. enak hh.." Aku pun tak tahan kontolku diremas dan disedot oleh pepeknya, dengan satu dan dua kali sentakan kontolku menyemprotkan peju kedalam pepeknya. Ketika aku menyemprotkan peju, pepeknya menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sangat indah. Puas aku selesai ngecret dan begitu juga dia, ketika aku ingin melepas kontolku, dia mencegahnya. "Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah." Akhirnya kami berbaring menyamping dengan kontolku masih nancep didalam pepeknya, masih dapat aku rasakan kedutan dalam pepeknya namun sudah melemah, dan kontolku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari pepeknya.
Dia terkulai lemes dan bermandikan keringat. Aku berbaring disebelahnya. Dia meremes2 kontolku yang berlumuran peju dan sudah lemes. Gak lama diremes2, napsuku timbul lagi, kontolku mulai ngaceng lagi. "Mas, Rani dientot lagi dong, tuh kontolnya sudah ngaceng lagi. Mas kuat banget seh, baru ngecret udah ngaceng lagi". Aku diam saja, dia berinisiatif menaiki tubuhku. Disodorkannya pentilnya ke mulutku, segera pentilnya kukenyot2, napsunya mulai memuncak lagi. Dia menggeser ke depan sehingga pepeknya berada didepan mulutku lagi. "Mas, jilat dong pepek Rani, pepeknya juga ya mas". Aku mulai menjilati pepeknya dan pepeknya kuhisap, kadang kugigit pelan, "Aah, mas, diemut aja mas, jangan digigit", desahnya menggelinjang. Dia gak bisa menahan diri lagi. Segera pepeknya diarahkan ke kontolku yang sudah tegang berat, ditekannya sehingga kontolku kembali amblas di pepeknya. Dia mulai menggoyang pantatnya turun naik, mengocok kontolku dengan pepeknya. Aku memlintir pentilnya, dia mendesah2. Karena dia diatas maka dia yang pegang kendali, bibirku diciumnya dan aku menyambutnya dengan penuh napsu. Pantatnya makin cepat diturun naikkan. Aku dengan gemas menggulingkannya sehingga kembali aku yang diatas, aku segera mengenjotkan kontolku keluar masuk pepeknya. Dia mengangkangkan pahanyau lebar2, menyambut enjotan kontolku, dia gak bisa nahan lebih lama lagi, tubuhnya makin sering menggelinjang dan pepeknya terasa berdenyut2, "Maas, aah". Akhirnya dia nyampe lagi, dia tergolek lemes, tapi aku masih saja menggenjot pepeknya dengan cepat dan keras, dia mendesah2 kenikmatan. Aku bisa membuat dia nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enjotan yang keras kembali aku ngecretkan pejuku di pepeknya. Nikmat nya. Aku menciumnya, "Ran, nikmat banget deh ngentot sama kamu". "iya mas, Rani juga nikmat banget, kalo ada kesempatan Rani mau kok dientot lagi sama mas".
0 komentar:
Posting Komentar